Masihkah Generasi Penerus Negeri Ini Ingin Tahu Sejarah Para Pahlawannya?


Suatu sore seorang anak kecil itu  ribut, nangis, teriak, dan segala tetek bengeknya itu hanya sekedar  untuk meminta mamanya untuk menonton film seri SpongeBob di salah satu  station TV swasta. “Ma, minta beli in Boneka itu “. Si anak kecil itu pun merengek-rengek meminta ibunya untuk membelikan  boneka Patrick untuk melengkapi koleksi bonekanya, meskipun di kamar  sudah ada boneka Spongebob, Dora, Mr Krabb, si siput Garry dll. Ironis sekali  jika sekarang malah cerita kartun tentang sponge bob, sinchan,  doraemon,dll yang menjadi tontonan setia anak anak bangsa ini.
 
Akankah nantinya bangsa ini  akan teringat akan kisah-kisah SpongeBob-Patrick, Bernad Bear dan melupakan kisah-kisah heroik/perjuangan Bung Tomo dalam mempertahankan Surabaya dari serbuan penjajah Inggris. Akahkah kita ingat ketika suara takbir pun  menggema. Ratusan bahkan ribuan nyawa melayang. Kepulan asap dan  kucuran darah menjadi pemandangan biasa. Surabaya berkobar, sejarah mencatatnya. Dan arek-arek Suroboyo pun berhadapan secara frontal dengan tentara Inggris dan sekutunya. Tentara Inggris kehilangan dua perwira tingginya, Mallaby dan Mansergh. Sebuah kisah heroik yang mengesankan. Itulah pertempuran 10 November yang dijadikan hari besar bagi bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan.
Hikayat Prang Sabi
Hikayat Prang Sabi adalah salah satu inspirator besar dalam menentukan  perjuangan rakyat Aceh. Memang sejak dulu bangsa Aceh sangat akrab dengan syair-syair perjuangan Islam, sajak-sajak akan sebuah hakikat keadilan. Hikayat ini selalu diperdengarkan ke setiap telinga anak-anak Aceh, laki-laki, perempuan, tua muda, besar kecil. Kalau kita belajar dari sejarah, maka Acehlah yang paling sulit untuk  ditaklukkan oleh Belanda sejak tahun 1873. Beribu macam taktik perang yang digunakan tetapi tidak dapat menguasai Nangro Aceh Daro Salam. Sejarah mencatat bahwa perang kolonial di Aceh adalah yang paling alot, paling lama, dan paling banyak memakan biaya perang dan korban jiwa kompeni.
Atas perintah Teuku Cik Di Tiro tahun 1881 di gubahlah syair HPS oleh  Teuku Pante Kulu. Dan setiap akan berperang maka dibacakanlah syair itu di sawyah-sawyah menasah, di bacakan di desa-desa untuk mengobarkan semangat jihad ke masyarakat.
Dan hasilnya pada pertempuran di Kuto Lengat Biru 14 Juli 1904 wanita  dan anak-anak yang syahid tercatat 316 orang. Semangat jihad inilah yang semakin tidak menggetarkan rakyat Aceh untuk terus berjuang.
Pihak Belanda pun kelimpungan untuk mengatasinya, dimulailah dikirim  tokoh Belanda Snouck Hurgronje yang disusupkan untuk mempelajari kebudayaan Aceh menemukan jalan pikiran, sikap dan perilaku rakyat Aceh. Tujuh bulan di Peukan, Snouck bergaul amat rapat dengan ulama. Dan dengan diam-diam, hampir setiap malam, dia mencatat semua percakapannya dengan kaum ulama, struktur masyarakat Aceh, dan kedudukan ulama di mata rakyat. Lalu, dengan rapi catatannya itu dia persembahkan pada Gubernur Jenderal di Batavia.
Tak cukup dengan catatan itu, Snouck kemudian membuat buku, De -Atjehers, yang memaparkan secara lengkap struktur masyarakat Aceh, kebudayaan, sampai posisi ulama. Segera buku itu menjadi terkenal, bahkan mendapat pujian dari para orientalis sebagai karya yang secara lengkap mengupas kebudayaan Islam di Aceh. Bagi Belanda, karya itu menjadi rujukan untuk menyusun taktik menghadapi perlawanan rakyat  Aceh. Dan terbukti, Aceh pun kemudian dapat dikalahkan. Salah satu bagian paling penting dari Hikayat Prang Sabi adalah  pendahuluan atau mukadimah. Bagian yang juga berbentuk syair ini menunjukkan secara jelas tujuan ditulisnya Hikajat Prang Sabi, dalam hubungannya dengan perang melawan Belanda. Setelah diawali dengan  puji-pujian kepada Allah pencipta semesta alam, syair-syair pada mukadimah berlanjut pada seruan untuk perang Sabil. Juga disebutkan satu pahala yang dapat diperoleh bagi mereka yang berjihad dalam perang  Sabil (jalan Allah-Red). Salah satu pahala yang akan diterima mereka yang mati syahid dalam perang tersebut adalah akan bertemu dengan dara-dara dari surga.
Kerinduan akan sebuah kisah perjuangan Tidak Aneh jika beberapa negara saat ini berkembang berawal dari sebuah kisah tokoh-tokoh bangsa itu atau tentang kisah kejayaan bangsa itu.  Negara Indonesia ini salah satunya dibesarkan dari sebuah kisah tentang keinginan dan harapan bagi terciptanya nusantara yang bersatu oleh Gajah Mada. Sebuah harapan Patih Gajah Mada untuk menyatukan berbagai  pulau, ras, agama, dan suku di nusantara dalam satu negara menjadi inspirator para tokoh-tokoh pemuda bangsa Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak dan Jong lainnya dalam Sumpah Pemuda tahun 1928. Bangsa ini akan semakin rindu dengan Kisah-Kisah Perjuangan para pahlawan (Pangeran Dipengoro, Imam Bonjol, Soekarno, KH Agus Salim) atau cerita-cerita rakyat yang mengajarkan tentang identitas bangsa ini  (kebaikan, keadilan, persatuan) yang dulu sering diperdengarkan oleh ibu-ibu kita ketika akan menidurkan anaknya. 
Dan harus terus kita ingatkan pada anak cucu kita bahwa bangsa ini  masih mempunyai sebuah kisah tentang bangsa Indonesia yang berketuhanan, berkeadilan, bermartabat, dan berketeladanan. Bangsa ini  masih mempunyai banyak kisah perjuangan membela keadilan dan kebenaran. Bangsa ini masih memiliki banyak pahlawan yang berjuang dengan misi yang suci. Bangsa ini tidak dibesarkan oleh penjahat, bangsa ini bukan
hanya dihiasi oleh kisah-kisah penjahat bangsa, cerita-cerita  ketidakadilan, kebobrokan moral para pejabatnya, permasalahan korupsi, perpecahan bangsa, belalang-belalang tua (lirik lagu iwan fals) yang  menjual nilai keadilannya hanya untuk sebuah jabatan, kedudukan, kursi dan harta.

Kisah-kisah tersebut dapat menjadi salah satu modal berharga dalam  membangun karakter bangsa ini. Pembangunan karakter bangsa ditentukan oleh seberapa baiknya pembinaan keluarga. Pembinaan keluarga menjadi momen awal bagi anak bangsa untuk menentukan jati dirinya. Tentu saja, langkah kongkret melakukan transfer pola pikir dan cara hidup tidak perlu dilakukan melalui gerakan besar. Sebuah gerakan di komunitas kecil seperti keluarga, organisasi maupun lingkungan sekitar akan lebih efektif. Dengan demikian, proses transfer pola pikir dan cara hidup pun akan berjalan lebih lama. Namun hasilnya diyakini akan mampu merubah  kondisi masyarakat Indonesia dalam banyak segi. Bukannya malah memproduksi generasi yang konsumtif, pragmatis dan oportunis..Wallohu A'lam....


Read more...
"JIKA YANG LEBIH BAIK MEMUNGKINKAN, MAKA YANG BAIK SAJA TIDAKLAH CUKUP!"...!!!
My Family Slideshow: M.Tholib’s trip from Jombang (near Mojokerto, Java, Indonesia) to Surabaya was created by TripAdvisor. See another Surabaya slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.