Deskripsi Wanita Dengan Rumus Matematik (just intermezzo....)
Wanita, wanita dan wanita. Memang dia adalah makhluk yang sangat unik dan tidak akan pernah bisa tuntas untuk membahasnya. Dan ternyata wanita juga bisa dijelaskan secara matematis. Bagaimana menggambarkan wanita dengan rumus matematika? (Yang merasa kurang cocok dengan deskripsi ini, mohon maaf ya, jangan tersinggung!, nanti cepet tua looh...)
Simak aja rumus dibawah ini:
Read more...
Tentang SBI (Sekolah Bertaraf Internasional)
- A. Pengertian
Menurut Buku Pedoman Sistem Penyelenggaraan sekolah SBI, SBI adalah Sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya Internasional sehingga lulusanya memiliki kemampuan daya saing internasional.
Dengan Pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa SBI adalah :
SBI = SNP + X
Keterangan :
SNP adalah Standar Nasional Pendidikan
X adalah Penguatan ,pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik di dalam maupun luar negeri, yang diyakini memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.
X atau ciri keinternasionalan menurut Prof. Chaedar Alwasilah, adalah :
- Standar Kompetensi Internasional
- Kurikulum Internasional
- Bilingual dan berbasis IT
- Kompetenai Bahasa Asing dan IT
- Sarana dan Prasarana standar internasional
- Manajemen ISO 9001:2008, dan berbasis ICT
- Sertifikasi Internasional
- Standar Pembiayaan minimum 3 juta/bulan/anak.
1) Persandingan SNP dengan standar/kriteria mutu internasional
2) Pertukaran informasi, studi banding, dan atau
3) Mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
B. Landasan Pelaksanaan SBI
- UUSPN No 20 Tahun 2003
- UU N0 20 Tahun 1999 dan UU No. 32/2003 Tentang Otonomi Daerah
- PP Standar Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2005
- Visi SBI terwujudnya ”insan Indonesia yang cerdas dan kompetetif secara international”.
- Misi SBI adalah mewujudkan manusia Indsonesia cerdas dan kompetetif secara international yang mampu bersaing da berkolaborasi secara global.
D. Tujuan SBI
Tujuan Umum SBI adalah membekali lulusan untuk menjadi manusia yang berkualitas dengan karakteristik berwawasan global, menguasai teknologi, mampu berkomunikasi pada arus global, berpikir kritis dan kreatif, mampu belajar mandiri dan mengembangkan potensi diri, beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, serta berkepribadian kebangsaan.
Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama menyelenggarakan sebuah program sebagai salah satu upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara berkesinambungan. Program ini disebut Program Peningkatan Mutu SMP menuju Sekolah Bertaraf Internasional dengan tujuan sebagai berikut :- Meningkatkan kualitas lulusan sekolah menengah (SMP)
- Membentuk angkatan kerja yang secara global dapat berkompetensi
- Meningkatnya jumlah lulusan sekolah menengah sebagai warganegara terdidik dengan kualifikasi, keterampilan, dan relevansi ke pasar global yang lebih baik.
- Terbentuknya sekolah rujukan nasional di setiap propinsi yang dianggap mempunyai potensi dan kesempatan yang besar untuk memperbaiki kualitasnya sehingga memunculkan perbaikan yang sesuai dengan sistem sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas lain, dan sistim pendidikan secara keseluruhan.
- Tersusunnya standar kualitas pendidikan internasional yang cocok untuk Indonesia
- Teridentifikasikannya pendekatan perbaikan kualitas sekolah yang dapat ditiru
- Membaiknya pencapaian pembelajaran (learning outcome) lulusan sekolah menengah atas sebagai hasil dari adanya perbaikan standar lingkungan belajar, kurikulum, dan penilaian belajar, perbaikan kinerja guru dan staf pendukung, akan karier, kesiapan kerja dan penempatan.
- Membaiknya pembinaan sekolah dan jaminan kualitas secara berkesinambungan (continous quality improvement) yang ditandai adanya perbaikan dan penyesuaian beberapa sistim manajemen dengan standar yang sudah diakui secara internasional, peningkatan kualitas personil manajemen dan administrasi, peningkatan partisipasi masyarakat yang lebih luas terhadap kemajuan sekolah, tersedianya strategi pendanaan yang berkesinambungan, dan pelembagaan program-program jaminan kualitas berbasis sekolah.
- Meningkatnya kesempatan belajar yang sama bagi siswa yang secara ekonomis dan geografis kurang beruntung tetapi kuat secara akademis dan tersedianya pelayanan khusus bagi siswa yang ditandai dengan berkembangnya transparansi, dan persamaan dalam penerimaan siswa baru, tersedianya pelayanan penunjang belajar siswa, tersedianya pelayanan dan fasilitas sosial khusus, dan tumbuhnya tanggung jawab komite sekolah.
- Tersedianya landasan bagi kebijakan dan strategi pengembangan kualitas sekolah.
Berdasarkan tujuan di atas inti muaranya adalah meningkatkan kualitas proses dan output dari sebuah sekolah, khususnya sekolah menengah pertama.
E. Standar SBI
Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah dan terencana untuk mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan hidup secara lokal, regional, nasional, dan global, maka perlu dirumuskan standar SBI yang meliputi output, proses, dan input
- Ouput/lulusan SBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global. SNP merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang berakar Indonesia, namun tidak berarti bahwa outpt satuan pendidikan tidak boleh melampaui SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif bagi pengaktuallisasian potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun spiritualnya. Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan-tuntutan keadilan sosial.
2.Proses penyelenggaraan SBI mampu mengakrabkan, menghayati dan menerapkan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan canggih), norma-norma untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut, standar-standar, dan etika global yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan bangsa.
Selain itu, proses belajar mengajar dalam SBI harus pro-perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru “ a joy of discovery”, yang tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan proses belajar di sekolah yang lebih mementingkan memorisasi dan eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru.
Proses belajar mengajar SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera agar mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektal, emosional maupun spiritualnya sekaligus. Penting digaris bawah bahwa proses belajar mengajar yang bermakna individual-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap dan perilaku peserta didik sebagai makhluk individual tidak terlepas dari kaitannya dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, regional dan global. Bahasa pengantar Indonesia dan Bahasa Asing (khususnya Bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang bervariasi serta berteknologi mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan VCD.
F. Pengembangan SBI
Pengembangan SBI didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Pengembangan SBI berpedoman pada SNP plus X, dimana SNP adalah Standar Nasional Pendidikan dan X adalah penguatan, pengayaan, perluasan, pendalaman, pengadaptasian, atau bahkan pengadopsian terhadap sebagian atau seluruh komponen sekolah dari luar negeri yang secara internasional telah terbukti mutunya, misalnya kurikulum, guru, media pendidikan, pengelolaan, organisasi, dan administrasi X juga merupakan pengadaptasian atau pengadoptasian terhadap bagian-bagian kurikulum, bahan ajar, buku teks, dan lain-lain
- SBI dikembangkan berdasarkan atas kebutuhan dan prakarsa sekolah (demand driven and bottom-up). Kondisi awal SBI tidak sama antara satu sekolah dengan sekolah yang lain dalam kebutuhan kemampuan, dan kesanggupannya. Oleh karena itu, upaya-upaya yang ditempuh oleh masing-masing SBI boleh beragam dan mendasar atas kebutuhan masing-masing
3.Kurikulum harus bertaraf internasional, yang ditunjukkan oleh isi (content) yang mutakhir dan canggih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global, pendidikan teknologi dasar merupakan bagian penting dalam kurikulum SBI, umumnya mata pelajaran ditulis dalam Bahasa Inggris, dan persaingan internasional melalui berbagai perlombaan/olimpiade (matematika, sains, bahasa, dsb) merupakan bagian penting program SBI. Selain itu, SBI juga mengajarkan budaya lintas bangsa agar wawasan internasionalnya lebih berkembang. Hal ini penting digaris bawahi karena lulusan SBI diharapkan berkelas dunia, mampu bersaing dan berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain di dunia, dan itu memerlukan pemahaman orang dan budaya lintas bangsa. Adaptasi atau bahkan adopsi terhadap program-program pendidikan dari Negara-negara maju dapat dilakukan asal tetap menjaga jati diri sebagai bangsa Indonesia. Untuk itu, adaptasi maupun adopsi harus dilakukan secara efektif inkorporatif, dalam arti, program-program pendidikan yang berasal dari Negara-negara maju tidak bertentangan atau bahkan berbenturan dengan kaidah-kaidah mendasar bangsa Indonesia yaitu Pancasila, Agama, dan Kewarnegaraan.
4.SBI menerapkan MBS dalam mengelola sekolahnya yang disertai dengan tata kelola yang baik. Pada dasarnya MBS adalah model pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Mengingat masing-masing SBI memiliki karakteristik, kemampuan, kesanggupan, kebutuhan, dan permasalahan yang tidak sama, maka sudah selayaknya masing-masing SBI diberi kebebasan dan keluwesan-keluwesan dalam mengelola sekolahnya.
Agar citra positif SBI di mata publik dapat diwujudkan, maka pelaksanaan MBS perlu disertai penerapan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, demokrasi, penegakkan hukum, profesionalisme, efektifitas dan efisiensi, ada kepastian, dan adanya jaminan mutu.Selain itu, penerapan MBS juga diperkaya dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu (total quality management) yaitu fokus pada pelanggan, keterlibatan total (total involvement) warga sekolah dalam mengembangkan SBI, dan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (continuous improvenment).
5.SBI menerapkan proses belajar mengajar yang pro-perubahan, yaitu yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru “a joy of discovery”, yang tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan proses belajar di sekolah yang lebih mementingkan memorisasi dan recall dibanding daya kreasi, nalar dan eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru. Proses belajar mengajar SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera agar mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional maupun spiritualnya sekaligus
6.SBI menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional/visioner yaitu kepemimpinan yang memiliki visi ke depan yang jelas kemana SBI akan dibawa dan begaimana cara melembagakan atau menggerakkan warga sekolah untuk mencapai visi yang diinginkan.Oleh karena itu, kepemimpinan SBI yang transformasional harus mampu menciptakan tantangan melalui pertahapan berikut, yaitu (1) dimana kita berada (kondisi nyata), (2) kemana kita akan pergi (kondisi ideal yang diinginkan), (3) mencari selisih antara butir (1) dan butir (2) yang menghasilkan tantangan, (4) bagaimana caranya menghadapi tantangan, dengan kata lain, bagaimana caranya bergerak dari kondisi nyata menuju ke kondisi SBI yang diharapkan.
7.SBI harus memiliki sumber daya manusia yang professional dan tangguh, baik guru maupun kepala sekolah, tenaga pendukung (tenaga computer, laboran, pustakawan, tata usaha, dsb) dan mitranya yaitu komite sekolah. Profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan ditunjukkan oleh penguasaan bidang kerjanya, etos kerjanya, penguasaan bahasa asing (Bahasa Inggris, khususnya), penguasaan ICT mutakhir dan canggih bagi pekerjaannya, dan berwawasan global yang ditunjukkan oleh penguasaan ilmu pengetahuan mutakhir dan canggih, bertaraf internasional, dan etika global. Oleh karena itu penguasaan jaringan internet merupakan keharusan bagi pendidik dan tenaga kependidikan SBI yang professional dan tangguh
8.Penyelenggaraan SBI harus didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap relevan, mutakhir dan canggih, dan bertaraf internasional. Untuk mencapai sarana dan prasarana tersebut, perlu dilakukan telaah terhadap sarana dan prasarana yang ada saat ini dan dilakukan modernisasi. Modernisasi meliputi antara lain gedung, ruang kelas, laboratorium (Bahasa Inggris, matematika, fisika, biologi, kimia, ilmu pengetahuan sosial) , perpustakaan, lapangan, peralatan,dan perlengkapan belajar mengajar, media pendidikan, buku, computer, dan sebagainya untuk tidak disebut satu persatu SBI harus telah menggunakan ICT (laptop, LCD, TV, VCD, dsb) dalam proses belajar mengajar dan administrasi sekolah.
- .Kendala yang Dihadapi Penyelenggaraan SBI dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan
1) Komponen Proses yang terdiri dari:
- Proses belajar mengajar belum mampu sepenuhnya menumbuhkan a Joy of discovery, belum semua guru menekankan kepada pembelajaran PAKEM.
- Manajemen
3. Kepemimpinan ,
Gaya kepemimpinan yang diterapkan belum visioner dan tranformatif sehingga belum sepenuhnya menumbuhkan iklim organisasi sekolah yang kondusif
2) Komponen Input
1.Kurikulum
- Penyusunan KTSP belum mampu mencerminkan tujuan yang akan dicapai dan kurang sejalan dengan tujuan SBI, karena belum solidnya tim pengembang kurikulum di sekolah apalagi dengan adanya kurikulum adaftif
Masih ada guru yang belum memiliki sertifikasi, belum optimalnya kemampuan guru dalam berbahasa Inggris ( TOEFL > 500), dan penggunaan ICT dalam pembelajaran
3. Kepala Sekolah
Kemampuan kepala sekolah dibidang kepemimpinan transformasional dan Bahasa Inggris masih kurang
4. Organisasi dan Administrasi
Masih lemahnya akses organisasi dan akses administrasi dalam menghadapi globalisasi khususnya penggunaan Sistem Informasi Manajemen sekolah.
5. Pembiayaan
Belum optimalnya pembiayaan pendidikan dari masyarakat dan pemerintah (pusat, propinsi dan kabupaten) dan kurang adanya transparasi serta akuntabel yang sesuai dengan prinsip MBS menyebabkan sulit berkembanganya SBI.
6. Regulasi Sekolah
Masih banyaknya sekolah yang belum jelas dalam penegakan regulasi sekolah sehinga tidak teratur dan tidak adil dalam penerapannya
7. Hubungan Masyarakat
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat untuk peduli terhadap sekolah masih kurang padahal banyak strategi yang dapat dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan tersebut.
8. Kultur Sekolah
Budaya yang kondusif akan menciptakan efektifitas sekolah ,tapi dalam kenyataannya masih banyak sekolah yang belum memiliki kultur sekolah yang berbudaya mutu
- Solusi Penyelengaraan SBI dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan
- Harus memahami indikator ukuran keberhasilan SBI yang telah ditetapkan dikdasmen, mulai dari indikator input, indikator proses dan indikator output serta adanya sertifikasi bagi lulusan SBI sebagai Quality Control
- Indikator-indikator yang telah ditetapkan sebagai standar SBI dikaji dan dinalisis dengan SWOT untuk mengetahui kelemahan da kekuatan sekolah dalam penyelengaaraan SBI
- Sekolah harus mampu membuat Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang berkesinambungan termasuk rencana pembiayaan
- Perlu adanya pengawasan pelaksanaan SBI yang secara tepat sasaran dan waktu untuk menilai tingkat ketercapaian
- Adanya komitmen dari pemerintah kota untuk menyediakan anggaran sesuai ketentuan SBI
- Adanya komitmen dari manajemen sekolah (Kepala sekolah, guru, tenaga pendukung dan komite sekolah) untuk meningkatkan mutu SDM khususnya di bidang Penguasaan Bahasa Inggris dan penggunaan ICT dalam penyelenggaraan SBI
- Penyusunan kurikulum harus berkesinambungan dan didukung oleh kurikulum adaftif yang dikembangkan oleh tim pengembang kurikulum sekolah yang sejalan dengan tujuan SBI.
- Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasrana pembelajaran di sekolah
- Akses pembelajaran ICT dan pembelajaran yang bermutu harus mendapat perhatian khusus
- Rekomendasi
- Pemerintah daerah kabupaten kota harus komit terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam kaitanya dengan peningkatan mutu SDM dengan membantu pembiayaan yang telah ditetapkan dalam standar SBI. Dengan pembagian 50% pusat ,30 % propinsi dan 20 % kabupaten kota.
- Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam penyelenggaraan SBI untuk itu perlu strategi khusus untuk mengajak masyarakat menjadi mitra.
- Tanamkan budaya mutu dan kompetitif di lingkungan sekolah
- Siswa harus lebih banyak diikut sertakan dalam LCT dan olimpiade sains tingkat propinsi dan nasional, untuk mengukur kualitas sekolah.
- Adanya ukuran standar TOEFL bagi lulusan SBI
- Perlu adanya peningkatan kesejahteraan Kepala sekolah, guru dan tenaga pendukung sesuai dengan kinerjanya.
- Mengadakan kemitraan dengan sekolah asing untuk lebih meningkatkan wawasan internasional
Draft_SBI_Mandikdasmen_13_09_2006
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
PP Standar Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2005
Memorandum dan Hasil Kajian Peserta Work Shop Sekolah Nasional
Bertaraf Internasional (SNBI) di Lembang Bandung Jawa Barat
Pedoman Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
Read more...
Dampak Positif Abu Vulkanik Merapi (Redam Pemanasan Global)
Read more...
Kisah Menarik Bocah Amerika Yang Masuk Islam
Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.
Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”
Wartawan itu berkata: ”Tidak”. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”
Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”
Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?” Dia diam sesaat kemudian menjawab.
Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.
Wartawab bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?”
Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.
”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan
Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.
Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?” tanya wartawan
Maka dia menjawab dengan meyakinkan : “Tentu”
”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad
Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.
http://www.dikutip.com/2010/10/kisah-menarik-bocah-amerika-yang-masuk.html
Read more...
Kenapa Bencana Melanda Negara Mayoritas Islam?
Indonesia adalah sebuah negara dengan penganut Islam yang terbanyak di dunia, tapi mengapa selalu saja dilanda bencana yang bertubi-tubi tak kunjung henti. Apakah karena Islamnya hanya Islam kulit tidak sampai pada Islam hakikat?. Pertanyaan tersebut mungkin juga menjadi kegalauan bagi ummat Islam negeri ini. Misteri apa dibalik semua ini? Berikut adalah 8 bahan renungan yang bisa dijadikan sebagai ajang tafakkur mengenai banyaknya bencana akhir-akhir ini, ditinjau dari sudut sufi.
Pertama: ”Bencana sebagai ujian”.
Allah menguji manusia dengan hal-hal yang buruk dan hal-hal yang baik. Untuk mengukur sejauhmana kesalehan tindakannya di dunia sebagai hamba, dan sekaligus apakah seorang hamba lulus menghadapi ujian-ujian itu. Jika lulus, ia naik derajat, dan jika tidak, ia terdegradasi.
Kedua: ”Bencana sebagai seleksi”.
Allah menyeleksi para hambaNya dari semua level dan kalangan. Mulai dari yang paling awam, paling elit atau pun dari kalangan biasa, pejabat, politisi, pengusaha, ustadz, kyai, ulama, dan tukang becak. Nilai derajat itu ditentukan, apakah sang hamba sabar dan ridlo atau tidak menghadapi berbagai macam musibah. Bukan dilihat dari apakah seorang itu semakin sukses dan bangkrut, bukan itu ukurannya. Derajat ummat ditentukan sejauhmana keikhlasannya dalam beribadah, kesabarannya dalam menghadapi cobaan, keridloaannya dalam merespon ketentuan dari Allah Ta'ala. Dalam dunia Sufi, menghadapi cobaan dengan kesabaran, diperuntukkan kalangan awam. Tetapi bersyukur atas bencana dan cobaan, adalah sikap bagi kalangan khusus. Bersyukur terhadap nikmat adalah sikap kaum awam, bersabar menghadapi nikmat adalah sikap kalangan khusus.
Ketiga: ”Regulasi alam”.
Allah ingin mempercantik alam ini, dan tentu saja memasukkannya dalam salon ruhaniyah melalui bencana, agar semesta kelak lebih indah dan menyejukkan iman kita. Minimal akan semakin banyak penduduk bumi yang menyaksikan kedahsyatan kekuatan Allah dibalik semua bencana yang terjadi itu. Itulah salon ruhani dari Alloh SWT untuk kecantikan iman manusia yang bisa didapat dan dihasilkan dari musibah/bencana. Ibadah, kepatuhan, ketaqwaan, kesalehan, dan kemuhsinan umat Islam, sangat mempengaruhi perjalanan kosmik semesta, karena manusia adalah sentral dari makhluk Allah, dan sentral manusia adalah qalbunya. Begitu juga sebaliknya, kejahatan, kebejatan, kesombongan dan kealpaan manusia akan mempengaruhi sistem tata surya dan jagad semesta. Dalam dunia Sufi disebutkan, bahwa aspek lahiriyah fisika itu hanyalah akibat dari batin dan hakikat kita.
Keempat: ”Bencana pertanda cinta”.
Agar kita semua bosan dan jenuh dengan kepalsuan dunia, dan lebih memilih Allah dan RasulNya. Karena Kecemburuan Allah pada kita, atas Cinta dan KasihNya yang Agung kita abaikan, dengan perselingkuhan kita pada makhluk, akhirnya Allah membentak kita dengan sesuatu yang keras, agar kita kembali ke pelukan RahmatNya. Bentakan Allah itu diturunkan semata karena saking cinta dan sayangNya Allah kepada kita, untuk diajak kembali kepangkuanNya.
Kelima: ”Tsunami spiritual”.
Banyaknya gelombang yang melebihi dahsyatnya Tsunami. Suatu badai kekeringan dan kegersangan spiritual, yang menumbuhkan kehausan dan kegersangan jiwa dari ummat Islam itu sendiri. Begitu marak bendera-bendera Islam, slogan-slogan takbir, teriakan-teriakan demonstran membela Islam, tetapi hati dan ruh mereka seperti terpanggang di atas sahara kegersangannya. Para hamba Allah di muka bumi telah banyak kehilangan rasa kehambaannya. Mereka lebih senang menjadi hamba dunia dan nafsunya, bahkan sangat bangga menjadi hambanya setan. Coba anda survey di khalayak, berapa persen dari umat Islam negeri ini yang masih memegang teguh sifat kehambaanya: Rasa Fakir kepada Allah, Rasa hina di depan Allah, Rasa tak berdaya di hadapanNya, Rasa lemah di depanNya? Bukankah mayoritas saat ini malah merasa cukup dan tidak butuh Allah, merasa mulia karena menganggap dirinya lebih Islam dan lebih dekat Allah; merasa kuat dan berkuasa di muka bumi?
Keenam: ”Sarana Penyelamatan”.
Jika banyak orang miskin yang tak berdosa sering terkena bencana, sementara para pejabat koruptor semakin berjaya, ketidakadilan semakin merajalela, dan premanisme semakin bergaya, semata karena Allah menyayangi hamba-hambaNya yang miskin, agar tidak mereka terselamatkan tidak terkutuk bersama-sama para penjahat itu, para munafiqin yang mengaku sok Islam tetapi hatinya busuk itu. Allah tidak pernah menzalimi hambaNya tetapi para hamba itu sendiri yang menzalimi diri sendiri. Allah tidak pernah marah kecuali karena didahului oleh rasa CintaNya yang Agung. Allah tidak pernah memanipulasi para hambaNya dan tidak punya kepentingan dengan maksiat atau taatnya hamba. Tetapi, para hamba seringkali memanipulasi Nama-Nama BesarNya demi hawa nafsunya, simbol-simbolNya demi kepentingan kekuasaan hamba, dan sesungguhnya para hambalah yang butuh Allah Ta'ala.
Ketujuh: ”Pengkerdilan kesombongan akal”
Jangan dikira, bahwa kejadian-kejadian alam yang hancur itu bukan karena ulah manusia. Akal dan pengetahuan manusia yang terbatas beralibi: Bagaimana bencana terjadi karena ulah manusia? Bukankah ini gejala alam murni? Bukankah ini semua bisa diprediksi? Bukankah bencana ini karena faktor-faktor evolusi dan seterusnya? Mari kita belajar pada tragedi Nabi Nuh as, ketika putranya Kan'an mengandalkan ilmu pengetahuan dan rasionya, sampai ia tenggelam dalam kekufurannya. Belajar pula pada kaum Luth, ketika ulah mereka menimbulkan bencana bumi yang tragis. Ingatlah pula hadits Nabi saw, mengenai Qiyamat, "Bahwa kiamat tidak akan terjadi sepanjang masih ada satu manusia yang berdzikir Allah Allah…". Perhitungan matematika, logika dan fisika, hanyalah perhitungan gejala dan tanda. Ada yang lebih neukleus (inti) bahwa perhitungan ruhani menempati posisi sentral dalam gerak gerik semesta ini.
Kedelapan: ”Sesuai pandangan mata hati”
Bagaimana kita melihat bencana? Kita lihat dengan mata hati masing-masing. Jika kita sedang dalam gairah mencintai Allah dan RasulNya, matahati akan memandang betapa agungnya Asma dan SifatNya. Jika anda sedang alpa dan lalai, menuruti kepentingan nafsu diri, itulah bentakan-bentakan Ilahi kepada anda. Jika Anda dalam kondisi sangat miskin secara duniawi, padahal anda dekat denganNya, itulah cara Allah menyelamatkan diri anda. Jika anda sedang berkecukupan, tetapi harta anda menumpuk bagai sampah di peti kekayaan anda, itulah cara Allah mengingatkan agar anda mengeluarkan kotoran-kotoran harta anda. Jika anda sedang bercahaya bersamaNya; itulah cara Allah menampakkan KemahasucianNya, dan caraNya memperdengarkan tasbihnya alam kepada anda. Lihatlah dengan matahati pula, dibalik yang tampak di semesta kehidupan ini, maka disanalah matahati menyaksikan Allah, dibalik, dibawah, di atas, sebelum, sesudah alam semesta ini. Jika tak mampu demikian, sesungguhnya matahati anda sedang kabur dari Cahaya Allah, karena tertupi oleh mendung-mendung duniawi dan nafsu anda, dari Cahaya ma'rifat kepadaNya.
Coba kita renungkan semua hal diatas, dengan terus beristighfar kepada Allah…!
Al faqir : M. Tholib.
---(ooo)---
Read more...