Antara Puasa Kita, Ulat dan Ular


Terbersit sebuah perenungan sebagai bentuk muhasabah untuk diri sendiri, mudah-mudahan juga bermanfaat untuk orang lain. Ketika saya berpuasa di bulan Ramadhan saya mengharapkan ada banyak kemuliaan yang saya dapatkan dari bulan Ramadhan nan mulia ini. Maka ketika Bulan mulia Ramadhan tiba saya bersuka cita menyiapkan diri saya agar dapat mempersembahkan cinta terbaik saya bagi Sang pencipta, Allah SWT.
Saya pernah mendengar salah satu tujuan kemuliaan Ramadhan dimana didalamnya terdapat perintah berpuasa adalah untuk menghapuskan dosa dan kesalahan kita di bulan-bulan sebelumnya. Sehingga ketika kita meninggalkan Ramadhan adalah dengan keadaan suci tanpa dosa, sebab dosa-dosa kita yang telah lalu telah diampuni oleh Allah SWT. Dengan catatan amalan puasa serta ibadah-ibadah kita di bulan Ramadhan tersebut diterima Allah SWT dan Allah berkenan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita.
Namun saya kembali berfikir apakah hanya itu hikmah teristimewa dari bulan Ramadhan yang setiap tahun Allah berikan untuk kita sebagai hambaNya yang beriman? Saya yakin ada tujuan yang lebih mulia lagi dengan adanya bulan Ramadhan. Dan sebelum anda memberikan pendapat dan pengetahuan anda tentang hikmah yang lebih istimewa dari bulan ramadhan dari yang telah saya sebutkan marilah kita simak pelajaran yang Allah telah berikan kepada kita melalui dua makhluk ciptaan Nya, Ulat dan Ular.
Allah sendiri memberikan banyak pelajaran atas penciptaan alam semesta beserta isinya. Salah satu yang dapat kita renungkan berkaitan dengan puasa adalah hewan ulat dan ular. Kedua hewan tersebut ternyata juga harus menjalani program puasa dalam rangka menuju fase kehidupan selanjutnya. Namun ada perbedaan yang sangat jelas antara puasanya ulat dengan ular.
Anda tahu kan yang namanya ulat dan apa yang dilakukan ulat? Ulat seperti kita ketahui adalah hewan yang hidupnya memakan daun-daun. Dan bisa dikatakan merugikan manusia. Namun lihatlah setelah ia berpuasa dalam fasenya menjadi kepompong dan selanjutnya berubah menjadi kupu-kupu, hewan yang berubah seratus delapan puluh derajat dari asalnya. Ulat yang dulu kerjanya hanya merugikan manusia kini telah berubah menjadi kupu-kupu yang hanya mau menghisap madu dari bunga-bung tertentu. Kini ia adalah hewan yang justru banyak bermanfaat bagi manusia. Dan tentu saja kupu-kupu adalah hewan indah yang dikagumi manusia. Yah ulat tersebut telah berhasil melaksanakan tujuan akhir dari program puasanya, dari hewan yang dibenci manusia karena merugikan menjadi bentuk baru yaitu kupu-kupu yang dikagumi atau disenangi manusia karena menguntungkan dan bentuknya yang indah Nah itu adalah puasanya ulat atau kepompong.
Sekarang bandingkan puasanya ular. Ular melakukan puasa sebelum ia berganti kulit. Jadi puasanya ular adalah dalam rangka berganti kulit. Setelah melakukan puasa memang ular mempunyai kulit baru dalam rangka menggantikan kulit lama yang bisa dikatakan telah mati. Tapi apakah puasanya ular tersebut merubah cara hidup ular yang misalnya tadinya menjadi pemangsa ganas menjadi pemakan tumbuh-tumbuhan? Tidak bukan? Bahkan menurut penelitian semakin tua atau semakin sering ia berganti kulit, seekor ular akan menjadi seorang pemangsa yang semakin ganas.
Tentu anda bisa menyimpulkan sendiri perbedaan yang saya sebutkan diatas berkaitan dengan berpuasanya kita sebagai seorang hamba Allah. Apakah ibadah puasa dan ibadah2 lainnya yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini hanya untuk sekedar memohon ampuan atas dosa-dosa kita yang telah lalu. Dan setelah itu kita tetap menjadi manusia yang sama melakukan dosa-dosa yang sama dan berharap pada bulan ramadhan berikutnya? Saya yakin Allah memerintahkan puasa dengan tujuan yang lebih baik dari sekedar penghapusan dosa, yakni sama seperti puasanya ulat yaitu menjadi manusia yang berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Menjadi manusia baru yang meningkat derajat ketaqwaannya. Semoga kita menjadi hambaNya yang berhasil menjadi manusia yang bertaqwa dengan adanya perintah puasa di bulan Ramadhan, amin ya Robbal’alamiin. Seperti firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183 : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”
Jadi selain berharap atas ampunan Allah atas dosa-dosa kita yang telah lalu ada PR atau tugas kita setelah bulan Ramadhan berlalu yaitu menjadi manusia baru yang lebih baik lagi, manusia yang meningkat derajat ketaqwaannya. Semangat bulan Ramadhan yang tak boleh pudar sedikitpun, semangat mempersembahkan amalan-amalan terbaik kita sebagai bukti rasa syukur kita dan Cinta kita kepada Sang Pencipta, Allah Ta’ala. Ghiroh kita menjadi manusia dengan derajat muttaqin. So ingat ya slogan Ramadhan never dies ( he…he…he… jadi iklan program korwil jabodetabek nih ) jangan hanya sekedar menjadi slogan belaka tanpa realisasi. Contoh mudahnya misalnya kebiasaan baik kita bertilawah , bersedekah, menyantuni anak yatim jangan turun atau menghilang setelah bulan Ramadhan. Niat dan janji kita di bulan Ramadhan untuk menjadi manusia yang meningkat derajat ketaqwaannya benar-benar dipenuhi pada bulan setelah Ramadhan, bulan-bulan berikutnya dalam kehidupan kita. Dan semoga Khusnul Khatimah kelak akan kita dapatkan dengan cara tetap mengobarkan ghirah atau semangat bulan Ramadhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Aamiin ya Robbal’alamiin.
Akhirnya segala kebenaran datang dari Allah SWT dan segala kekhilafan datang dari diri saya pribadi, mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.

0 komentar:

Posting Komentar

"JIKA YANG LEBIH BAIK MEMUNGKINKAN, MAKA YANG BAIK SAJA TIDAKLAH CUKUP!"...!!!
My Family Slideshow: M.Tholib’s trip from Jombang (near Mojokerto, Java, Indonesia) to Surabaya was created by TripAdvisor. See another Surabaya slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.